Nggak Usah Jaim Deh! by Valleria Verawati

Nggak Usah Jaim Deh! by Valleria Verawati

KRING....!!! Jam beker warna pink berbentuk sepatu yang bertengger manis di meja coklat tepat di sebelah tempat tidur Rhea mulai berteriak nyaring, membangunkan si empunya dari tidur lelapnya. Tangan Rhea menggapai-gapai, mencari sumber suara dan berusaha menghentikan bising yang sudah mengganggu mimpi indahnya. Matanya tetap tertutup rapat. Kepalanya pun masih terasa berat. Tapi belum sempat Rhea meraih jam bekernya, HP-nya malah ikut berbunyi, menambah semarak suara di kamarnya. Meriah banget kaya lg pesta tahun baru. "Aaarrggh...!!!" Rhea akhirnya berteriak marah dan bangun dari tidurnya. Ditekannya tombol off pada jam beker di meja dan disambarnya HP di sebelah bantalnya untuk segera dinonaktifkan. Suasana kamar Rhea kembali tenang. Ogah-ogahan, Rhea melirik jam beker yang telah mengganggu tidurnya itu. Baru jam 05.45 Rhea melempar selimut yang melilit kakinya. Ia duduk di tempat tidur masih dengan mata setengah terpejam. Tangan kirinya menggaruk-garuk kepala, membuat rambut panjangnya yang kusut bertambah kusut. Rhea menatap sekeliling kamar, lalu menguap lebar. Setelah energinya mulai terkumpul, ia bangkit menuju cermin yang tergantung di samping pintu kamarnya,  kemudian menatap wajahnya. Entah apa yang dilihatnya, namun setelah beberapa saat lagi-lag ia menguap. Setengah enggan Rhea melangkah gontai, seakan terdapat beban dua ton yang terikat di kedua kakinya yang membuat langkahnya terasa berat. Perlahan ia beranjak menuju kamar mandi. Ia berhenti sejenak di lemari kecil yang ada di samping kamar mandi dan menyambar handuk yang masih terlipat rapi diatas lemari itu, kemudian menyampirkannya di bahu. Diayunkannya langkah memasuki kamar mandi mungil bernuansa biru laut yang terletak di dalam kamarnya, lalu menutup pintunya. Jam 06.15 Rhea sudah siap. Rambutnya yang panjang sudah tersisir rapi. Jepitan berbentuk burung menempel di rambutnya, di dekat telinga kanannya. Ia cuma memakai badak tipis, lipglos, plus cologne bayi. Rhea menuruni anak tangga menuju ruang makan. Tas ransel warna pink bergambar babi kecil yang selalu setia setia menemaninya ke sekolah diletakannya di meja telepon yang berada nggak jauh dari ruang makan Papa, Mama, dan Mbak Reva sudah duduk mengelilingi meja makan. Papa lagi serius baca Koran sampai-sampai mukanya nggak kelihatan karena tertutup koran. Mama lagi sibuk mengolesi selai kacang ke roti tawar. Mbak Reva lagi asyik menikmati setangkup roti tawar sambil baca buku yang tebalnya 5 cm dan nggak jelas apa isinya. "Pagi, Ma!" sapa Rhea sambil mengecup pipi mamanya yang sedang mengolesi selai. Kali ini selainya selai coklat, jelas untuk Rhea karena selai coklat itu favoritnya. "Semalam tidur jam berapa, Rhe? Kok lampu kamar masih nyala sampai jam sepuluh?" Tanya Mama sambil menyodorkan roti tawar selai coklatnya ke Rhea. "It, Ma.. Rhea ngerjain tugas," jawab Rhea. Dengan senang hati disambutnya roti tawar itu dari tangan sang mama, dan dilahapnya tanpa ampun. Papa melipat koran yang sedari tadi bacanya lalu menatap putrinya tajam. "Sudah berkali-kali Papa bilang, biasakan mengerjakan tugas langsung sepulang sekolah." Rhea berhenti menggigit rotinya lalu menjawab pelan, "Maaf, Pa. Lain kali nggak lagi deh." Papa sudah mau bicara lagi, untung mama langsung menahan, "Sudah deh, Pa... inikan masih pagi. Nggak perlu lah ngerusak suasana yang udah enak begini..." Papa akhirnya memilih diam dan meneguk kopi susu yang sudah disediakan mama. Rhea menarik nafas lega. Dia bersukur banget atas bantuan mamanya barusan. Kalau nggak, entah berapa lama dia harus mendengarkan ceramah dari Papa. Masalahnya, Papa itu kalau ceramah panjangnya kaya Jakarta-Perth (hiperbola dikit lah!). Tapi bener deh, Papa itu paling cinta sama peraturan. Makanya kalau ada yang melanggar aturan, apa lagi aturan Papa, jangan harap lolos dari cengkramannya. Pokoknya siapin aja gendang telinga yang kuat dan tulang  punggung yang oke biar bisa bertahan selama mendengarkan ceramah dari Papa. “Ma... Pa... Reva berangkat dulu ya. Takut jalanan macet. Ini kan hari senin.” Reva bangkit dari
tempat duduknya sambil membawa buku tebalnya. "Kamu nggak berangkat sama-sama ?" tanya Papa. "Nggak deh, Pa,” tolak Reva halus. "Reva naik angkot aja." "Kamu pulang kuliah jam berapa, sayang ?" kali ini mama yang bertanya. "Mungkin sekitar jam empat," jawab Reva. "Tapi kalau Reva pulang telat, Reva telepon rumah dulu.” mama mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Ya udah Reva berangkat dulu ya!" ujar Reva lagi, lalu mencium pipi Mama dan Papa, dan dengan cueknya mengacak-acak rambut Rhea sebelum meninggalkan ruangan. Rhea sudah ingin berteriak marah, tapi diurungkannya niatnya begitu sadar ada Papa di ruangan itu. Bisa didamprat sama Papa kalau dia berani teriak-teriak di ruang makan. Rhea cuma bisa memaki dalam hati. Rambutnya yang sudah disisir serapi mungkin jadi berantakan lagi gara-gara ulah kakaknya itu.

Detail Buku:
Judul         :Nggak Usah Jaim Deh
Penulis      : Valleria Verawati
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN         :
-
Tebal         : -
Download      : Google Drive


Tidak ada komentar:

Posting Komentar