Download Novel Friendzone by Vanesa Marcella

Hay guys, gimana nih kabar kalian, semoga baik - baik aja ya. Kali ini ane mau share novel Frienzone karya Vanesa Marcella. Kalian pasti tau lah ini adalah novel best seller dan sudah dibaca lebih dari 7,5 juta guys. Asal kalian tau nih guys, ceritanya tuh menarik dan realistis yang menceritakan kehidupan anak SMA. Alurnya juga mangalir banget bakal bikin kalian pengen lanjut terus deh, ini karena bahasanya yang tidak alay dengan menggunakan logat bahasa indo modern lo gue.

Novel ini menceritakan kisah dua orang sahabat yang sedang dalam masa SMA. Mereka adalah Adel dan David. Mereka sudah bersahabat sejak kelas SD dan berjanji untuk menjadi sahabat selamanya. Namun, belakangan sejak SMP Adel sudah jatuh cinta dan memilih memendamnya karena ngga mau persahabatanya hancur guys. Ditambah David yang tidak pekka. Banyak hal - hal yang mengejutkan di novel ini jadi ceritanya bakal tidak mudah ditebak. Cuma satu kekuranganya menurut saya, yaitu endingnya yang terkesan dipaksakan. Tapi dengan mengesampingkan kekurangan tadi, novel ini patut kalian baca guys. Ok langsung saja download and subscrib guys :)

Deskripsi

Judul : Friendzone : Seandainya Kamu Peka Lebih Awal
Penulis : Vanesa Marcella
Genre : Romance, Fiksi
Penerbit : Bentang Pustaka
Penerbitan : Cetakan 1, Yogyakarta Juli 2016
Distributor : Mizan Digital Publising
Penyunting : Hutami Suryaningtyas
ISBN : 978-602-430-001-2

Sinopsis 

Abel dan David bersahabat sejak kecil. Mereka kemana-mana selalu bersama. Persahabatan itu yang sudah kelewatan nyaman, menumbuhkan perasaan yang tidak semestinya ada dalam diri Abel. Abel mencintai sahabatnya itu. Sedangkan David yang tidak peka terhadap perasaan Abel. Ia selalu menganggap Abel sebagai sahabatnya dan berjanji akan menjadi sahabat Abel selamanya yang dimana itu membuat perasaan Abel sakit. Abel selalu menuliskan kejadian-kejadian atau perasaannya setiap hari dalam bindernya. Abel dan David tinggal di kost-an milik Ayah Abel dan satu sekolah, orang tua Abel dan David setuju untuk David tinggal bersama Abel supaya ada yang mejaga Abel. David menyukai seorang perempuan yang bernama Lunetta. Lunetta adalah teman dekat Abel, tetapi Lunetta mengetahui bahwa Abel mencintai David yang dimana David menyukainya. Di sisi lain ada Carlos yang menyukai Abel. Singkat cerita David mengajak Lunetta berkencan dan meninggalkan Abel sendirian di kost-an. Dikarekan Abel kesepian, ia mengajak Mamanya berjalan-jalan ke mall. Sepulang dari mall, Abel melihat ada Carlos di depan kost-annya lalu mengajak Abel jalan karena ia kesepian akhirnya Abel mengiyakan ajakan tersebut. Padahal David sudah melarangnya untuk dekat-dekat dengan Carlos. David yang sedang berkencan akhirnya dia menyatakan perasaannya kepada Lunetta tetapi Lunetta memberitahu David bahwa rasa sukanya pada Lunetta hanya sebatas kagum, tetapi rasa cintanya untuk Abel. David menyesal mengapa ia tidak peka terhadap perasaan sahabatnaya itu. David cepat-cepat pulang tidak mendapatkan Abel di kost-annya melaikan dia menemukan binder Abel dan dia membacanya sambil menyesali apa yang ia perbuat. Mengetahui Abel bersama Carlos yang ia tahu Carlos berbahaya karena Carlos memiliki dendam terhadap David semasa SMPnya, David langsung melaju mencari Abel sampai akhirnya menemukan sebuah mobil yang tertubruk ke pohon dan ia tahu itu adalah plat mobil Carlos, David langsung turun dari mobil dan dengan cepat dia membawa Abel ke rumah sakit dan tanpa peduli sedikitpun David membiarkan Carlos disitu walaupun sampai membusuk. Selama beberapa waktu Abel koma, saat Abel terbangun David langsung menyatakan perasaannya dan meminta maaf karena ia tidak bisa menjaga Abel dengan baik. Akhirnya mereka jadian dan hidup bahagia.

Abel dan David bersahabat sejak kecil. Mereka kemana-mana selalu bersama. Persahabatan itu yang sudah kelewatan nyaman, menumbuhkan perasaan yang tidak semestinya ada dalam diri Abel. Abel mencintai sahabatnya itu. Sedangkan David yang tidak peka terhadap perasaan Abel. Ia selalu menganggap Abel sebagai sahabatnya dan berjanji akan menjadi sahabat Abel selamanya yang dimana itu membuat perasaan Abel sakit. Abel selalu menuliskan kejadian-kejadian atau perasaannya setiap hari dalam bindernya. Abel dan David tinggal di kost-an milik Ayah Abel dan satu sekolah, orang tua Abel dan David setuju untuk David tinggal bersama Abel supaya ada yang mejaga Abel. David menyukai seorang perempuan yang bernama Lunetta. Lunetta adalah teman dekat Abel, tetapi Lunetta mengetahui bahwa Abel mencintai David yang dimana David menyukainya. Di sisi lain ada Carlos yang menyukai Abel. Singkat cerita David mengajak Lunetta berkencan dan meninggalkan Abel sendirian di kost-an. Dikarekan Abel kesepian, ia mengajak Mamanya berjalan-jalan ke mall. Sepulang dari mall, Abel melihat ada Carlos di depan kost-annya lalu mengajak Abel jalan karena ia kesepian akhirnya Abel mengiyakan ajakan tersebut. Padahal David sudah melarangnya untuk dekat-dekat dengan Carlos. David yang sedang berkencan akhirnya dia menyatakan perasaannya kepada Lunetta tetapi Lunetta memberitahu David bahwa rasa sukanya pada Lunetta hanya sebatas kagum, tetapi rasa cintanya untuk Abel. David menyesal mengapa ia tidak peka terhadap perasaan sahabatnaya itu. David cepat-cepat pulang tidak mendapatkan Abel di kost-annya melaikan dia menemukan binder Abel dan dia membacanya sambil menyesali apa yang ia perbuat. Mengetahui Abel bersama Carlos yang ia tahu Carlos berbahaya karena Carlos memiliki dendam terhadap David semasa SMPnya, David langsung melaju mencari Abel sampai akhirnya menemukan sebuah mobil yang tertubruk ke pohon dan ia tahu itu adalah plat mobil Carlos. Cukup di sini entar kalian ngga penasaran :v

Review


Link Download : 


Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang Undang



     Postingan ini hanya bertujuan sebagai review agar anda membeli bukunya secara langsung. Apabila terdapat tindakan penyalahgunaan author tidak bertanggung jawab

Keyword yang datang:

novel friendzone pdf
novel friendzone alnira
novel friendzone vanesa marcella
novel friendzone lempar kode sembunyi hati
novel friendzone alert
novel friendzone alnira pdf
novel friendzone alert pdf
novel friendzone forever
novel friendzone karya vanesa marcella
novel friendzone vanessa
novel friendzone review
novel friendzone sinopsis
novel friendzone bab 1
download novel friendzone pdf
resensi novel friendzone
quotes novel friendzone
resensi novel friendzone vanesa marcella
novel friendzone
novel the friendzone
unsur intrinsik novel friendzone
download novel friendzone alnira
novel the friend zone anjani fitriana
download novel friendzone alert pdf
resensi novel friend zone alert
novel the friend zone
analisis novel friendzone
amanat novel friendzone
sinopsis novel friendzone karya alnira
alur novel friend zone
sinopsis novel friendzone by vanesa marcella
novel yang berjudul friendzone
baca novel friendzone
baca novel friendzone vanesa marcella
novel cinta friendzone
cerita novel friendzone
cover novel friendzone
ringkasan cerita novel friendzone
contoh resensi novel friend zone
novel friendzone download
harga novel friendzone di gramedia
download novel friendzone vanesa marcella pdf
download novel friendzone - vanesa marcella
download novel friendzone karya alnira
download novel friendzone vanesa
ebook novel friendzone
ending novel friendzone
resensi novel friendzone forever
download novel friendzone pdf gratis
gambar novel friendzone
harga novel friendzone
novel friendzone lempar kode sembunyi hati pdf
isi novel friendzone
identitas novel friendzone
novel friendzone karya alnira
sinopsis novel friendzone karya vanesa marcella
kelebihan novel friendzone
kutipan novel friendzone
kekurangan novel friendzone
resensi novel friendzone lempar kode sembunyi hati
literasi novel friendzone
novel friendzone mylullaby
novel friendzone vanesa marcella pdf
novel friend zone karya vanessa marcella
download novel friend zone vanesa marcella
ringkasan novel friendzone vanesa marcella
review novel friendzone vanesa marcella
novel online friendzone
orientasi novel friendzone
novel friend zone alnira pdf
download novel friend zone pdf gratis
penulis novel friendzone
penerbit novel friend zone
penokohan novel friendzone
pengarang novel friendzone
download novel friendzone vanesa pdf
quote novel friendzone
quotes novel friendzone vanesa marcella
novel remaja friendzone
resume novel friendzone
rekomendasi novel friend zone
review novel friendzone alnira
review novel friendzone alert
resensi buku novel friend zone
romance novel friend zone
sinopsis novel friendzone vanesa marcella
sinopsis novel friendzone wattpad
sinopsis novel friendzone alert
sinopsis novel friendzone forever
novel tentang friendzone
novel tema friendzone
novel terjebak friendzone
sinopsis novel the friend zone
kutipan novel tentang friendzone
novel better than friendzone
judul novel tentang friendzone
tokoh novel friend zone
ulasan novel friendzone
novel friendzone vanesa marcella wattpad
download novel friendzone vanessa pdf
tokoh novel friendzone
novel friend zone alert
download novel senior pdf
novel terbaru
novel friend zone alert
gambar novel friendzone
download novel sebuah usaha melupakan
cerita friend zone
novel rindu pdf
novel romantis indonesia
novel friend zone alert
friendzone alnira pdf
download novel apres le mariage
quotes novel friendzone
novel diary of an unpopularity pdf
download novel senior pdf
gambar novel friendzone
novel friendzone wattpad
wattpad friendzone 2
cerpen friendzone
novel friendzone alnira
friend zone quotes
novel friend zone alert
novel peka wattpad
rekomendasi novel friend zone
download novel sebuah usaha melupakan
cerpen friendzone

novel rindu pdf



HARAP LAPOR BILA TERJADI KESALAHAN LINK ATAU LINK MATI DI KOLOM KOMENTAR ATAU PM AUTHOR

Nggak Usah Jaim Deh! by Valleria Verawati

Nggak Usah Jaim Deh! by Valleria Verawati

KRING....!!! Jam beker warna pink berbentuk sepatu yang bertengger manis di meja coklat tepat di sebelah tempat tidur Rhea mulai berteriak nyaring, membangunkan si empunya dari tidur lelapnya. Tangan Rhea menggapai-gapai, mencari sumber suara dan berusaha menghentikan bising yang sudah mengganggu mimpi indahnya. Matanya tetap tertutup rapat. Kepalanya pun masih terasa berat. Tapi belum sempat Rhea meraih jam bekernya, HP-nya malah ikut berbunyi, menambah semarak suara di kamarnya. Meriah banget kaya lg pesta tahun baru. "Aaarrggh...!!!" Rhea akhirnya berteriak marah dan bangun dari tidurnya. Ditekannya tombol off pada jam beker di meja dan disambarnya HP di sebelah bantalnya untuk segera dinonaktifkan. Suasana kamar Rhea kembali tenang. Ogah-ogahan, Rhea melirik jam beker yang telah mengganggu tidurnya itu. Baru jam 05.45 Rhea melempar selimut yang melilit kakinya. Ia duduk di tempat tidur masih dengan mata setengah terpejam. Tangan kirinya menggaruk-garuk kepala, membuat rambut panjangnya yang kusut bertambah kusut. Rhea menatap sekeliling kamar, lalu menguap lebar. Setelah energinya mulai terkumpul, ia bangkit menuju cermin yang tergantung di samping pintu kamarnya,  kemudian menatap wajahnya. Entah apa yang dilihatnya, namun setelah beberapa saat lagi-lag ia menguap. Setengah enggan Rhea melangkah gontai, seakan terdapat beban dua ton yang terikat di kedua kakinya yang membuat langkahnya terasa berat. Perlahan ia beranjak menuju kamar mandi. Ia berhenti sejenak di lemari kecil yang ada di samping kamar mandi dan menyambar handuk yang masih terlipat rapi diatas lemari itu, kemudian menyampirkannya di bahu. Diayunkannya langkah memasuki kamar mandi mungil bernuansa biru laut yang terletak di dalam kamarnya, lalu menutup pintunya. Jam 06.15 Rhea sudah siap. Rambutnya yang panjang sudah tersisir rapi. Jepitan berbentuk burung menempel di rambutnya, di dekat telinga kanannya. Ia cuma memakai badak tipis, lipglos, plus cologne bayi. Rhea menuruni anak tangga menuju ruang makan. Tas ransel warna pink bergambar babi kecil yang selalu setia setia menemaninya ke sekolah diletakannya di meja telepon yang berada nggak jauh dari ruang makan Papa, Mama, dan Mbak Reva sudah duduk mengelilingi meja makan. Papa lagi serius baca Koran sampai-sampai mukanya nggak kelihatan karena tertutup koran. Mama lagi sibuk mengolesi selai kacang ke roti tawar. Mbak Reva lagi asyik menikmati setangkup roti tawar sambil baca buku yang tebalnya 5 cm dan nggak jelas apa isinya. "Pagi, Ma!" sapa Rhea sambil mengecup pipi mamanya yang sedang mengolesi selai. Kali ini selainya selai coklat, jelas untuk Rhea karena selai coklat itu favoritnya. "Semalam tidur jam berapa, Rhe? Kok lampu kamar masih nyala sampai jam sepuluh?" Tanya Mama sambil menyodorkan roti tawar selai coklatnya ke Rhea. "It, Ma.. Rhea ngerjain tugas," jawab Rhea. Dengan senang hati disambutnya roti tawar itu dari tangan sang mama, dan dilahapnya tanpa ampun. Papa melipat koran yang sedari tadi bacanya lalu menatap putrinya tajam. "Sudah berkali-kali Papa bilang, biasakan mengerjakan tugas langsung sepulang sekolah." Rhea berhenti menggigit rotinya lalu menjawab pelan, "Maaf, Pa. Lain kali nggak lagi deh." Papa sudah mau bicara lagi, untung mama langsung menahan, "Sudah deh, Pa... inikan masih pagi. Nggak perlu lah ngerusak suasana yang udah enak begini..." Papa akhirnya memilih diam dan meneguk kopi susu yang sudah disediakan mama. Rhea menarik nafas lega. Dia bersukur banget atas bantuan mamanya barusan. Kalau nggak, entah berapa lama dia harus mendengarkan ceramah dari Papa. Masalahnya, Papa itu kalau ceramah panjangnya kaya Jakarta-Perth (hiperbola dikit lah!). Tapi bener deh, Papa itu paling cinta sama peraturan. Makanya kalau ada yang melanggar aturan, apa lagi aturan Papa, jangan harap lolos dari cengkramannya. Pokoknya siapin aja gendang telinga yang kuat dan tulang  punggung yang oke biar bisa bertahan selama mendengarkan ceramah dari Papa. “Ma... Pa... Reva berangkat dulu ya. Takut jalanan macet. Ini kan hari senin.” Reva bangkit dari
tempat duduknya sambil membawa buku tebalnya. "Kamu nggak berangkat sama-sama ?" tanya Papa. "Nggak deh, Pa,” tolak Reva halus. "Reva naik angkot aja." "Kamu pulang kuliah jam berapa, sayang ?" kali ini mama yang bertanya. "Mungkin sekitar jam empat," jawab Reva. "Tapi kalau Reva pulang telat, Reva telepon rumah dulu.” mama mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Ya udah Reva berangkat dulu ya!" ujar Reva lagi, lalu mencium pipi Mama dan Papa, dan dengan cueknya mengacak-acak rambut Rhea sebelum meninggalkan ruangan. Rhea sudah ingin berteriak marah, tapi diurungkannya niatnya begitu sadar ada Papa di ruangan itu. Bisa didamprat sama Papa kalau dia berani teriak-teriak di ruang makan. Rhea cuma bisa memaki dalam hati. Rambutnya yang sudah disisir serapi mungkin jadi berantakan lagi gara-gara ulah kakaknya itu.

Detail Buku:
Judul         :Nggak Usah Jaim Deh
Penulis      : Valleria Verawati
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN         :
-
Tebal         : -
Download      : Google Drive


Pacarku Juniorku by Valleria Verawati

Pacarku Juniorku by Valleria Verawati

RONALD berdiri di samping Bia sambil menyisir rambutnya yang berdiri kayak duri landak dengan jari-jarinya. “Bi, pokoknya kalo anak-anak baru itu udah pada datang, lo mesti ngeluarin seluruh kemampuan lo buat bikin mereka takut,” ujarnya bak perwira yang sedang memerintah anak buahnya. “Iya, gue tahu,” respons Bia singkat. Cewek bertubuh mungil itu berdiri tegak sambil celingak-celinguk memerhatikan gerbang sekolah. Udara pagi itu masih terasa agak lembap. Jalanan masih basah bekas diguyur hujan subuh tadi. Tapi beberapa anak yang tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah SMA Constantine 4 udah pada kumpul di sekolah sejak jam 06.00 dengan semangat ‟45. Nggak ada seorang pun yang pasang tampang lemas. Apalagi Baby Fania, yang lebih beken dengan panggilan “Bia” (padahal itu nama kecilnya loh!), cewek mungil berambut pendek yang udah hampir setahun ini memegang jabatan ketua OSIS. Dia udah tiba di sekolah sejak jam 05.30, waktu hujan masih dengan riangnya menyiram tanah pertiwi dan gerbang sekolah belum dibuka oleh Pak Kosim, si penjaga sekolah. Hari ini adalah hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa) buat anak-anak kelas 1 yang untuk pertama kali mengenakan seragam putih abu-abunya. MOS ini sebenarnya diciptakan untuk mengakrabkan para guru dengan siswa baru, kakak-kakak kelas dengan junior-juniornya, juga sarana untuk memperkenalkan siswa baru pada lingkungan sekolah dan program-program sekolah. Tapi bagi beberapa anggota OSIS, terkadang MOS disalahgunakan. Di balik tujuan baik penyelenggaraan MOS ini sering kali ada maksud terselubung, yaitu balas dendam. Sudah menjadi tradisi turun-temurun bahwa selama MOS yang diadakan tiga hari ini, para anggota OSIS punya wewenang untuk “mengatur” adik-adik kelas mereka yang baru. Katanya sih biar para siswa baru itu punya mental kuat untuk menghadapi kerasnya dunia SMA kelak, juga biar mereka bisa menanggalkan sifat manja yang masih mereka bawa dari lingkungan SMP. Tapi sebenarnya tetap saja balas dendam menjadi tujuan utama para senior ini. Apalagi buat yang sudah duduk di kelas 3, MOS kali ini kan merupakan MOS terakhir buat mereka. Kapan lagi punya kesempatan bentak-bentak dan ngerjain orang tanpa perlu takut dibalas? “Eh, Ron, anak-anak udah pada siap di posisi masing-masing?” tanya Bia. Ronald menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Lo tenang aja, semua udah stand by di tempat masing-masing.” Bia manggut-manggut. Kepalanya masih sibuk bergerak dan matanya terus memantau gerbang sekolah tanpa berkedip. “Itu mangsa kita udah datang!” seru Bia senang. Bibirnya merekah memperlihatkan gigi kelinci yang nangkring di gusinya. “Mana... mana...?” Ronald maju beberapa langkah sambil melihat ke arah gerbang sekolah. “Iya... benar. Mereka udah datang.” “Siapa aja yang bertugas menjaga gerbang dan memeriksa kelengkapan atribut anak-anak baru itu?” tanya Bia  “Mmm... Sonny, Leon, Maya, Tania... sama satu lagi... si Victor.” Bia tersenyum puas. Lima orang yang baru saja disebut Ronald adalah anak buah kesayangannya. Soalnya selain bertampang sangar, mereka juga tegas, bermulut pedas, dan pantang disogok. Bia yakin lima orang itu akan melaksanakan tugas mereka dengan sangat baik. “Woi, jalannya lelet banget sih? Keturunan siput semua, ya?!” Tania meneriaki segerombolan anak yang berjalan kaki ke arah gerbang sekolah. Penampilan anak-anak itu terlihat sangat unik. Mereka memakai topi yang terbuat dari batok kelapa yang dibelah menjadi dua dengan warna yang berbeda-beda. Di atas batok kelapa itu ditempeli bulu-bulu ayam yang disusun berjajar sehingga membentuk kipas. Selain itu mereka juga mengenakan kalung dari jengkol dan pada kalung itu digantung karton putih yang bertuliskan nama julukan mereka. Buat siswa perempuan, rambut mereka dikucir kecil-kecil dan diikat pita berwarna senada dengan topi mereka. Tas yang menggantung di punggung terbuat dari sarung bantal yang nggak tahu gimana caranya bisa disulap jadi ransel. Benar-benar pemandangan yang begitu menarik perhatian. Lucu banget! “Woi, anak siput! Kalau dalam hitungan ketiga kalian belum juga sampai di hadapan saya, saya suruh kalian lompat kodok dari situ!” ancam Leon. “Satu...!” Leon mulai menghitung. Gerombolan anak-anak itu bergegas berlari menuju kakak-kakak kelas mereka dengan wajah ketakutan. “Tiga...! Cepat lompat kodok semuanya!” bentak Leon.

 Detail Buku:
Judul         :Pacarku Juniorku
Penulis      : Valleria Verawati
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN         :
-
Tebal         : -
Download      : Google Drive


Warisan Masa Silam by V. Lestari

Warisan Masa Silam by V. Lestari

BOLA sepak berwarna putih dekil itu melayang tinggi melewati pagar sebuah rumah besar lalu mendarat entah di mana. Tak kelihatan lagi. ”Gila lu! Jauh banget nyepaknya!” seru Dono. ”Hebat, kan?” kata Kiki bangga. ”Hebat apaan? Ilang dah bolanya!” bentak Madi kesal. Dia pemilik bola. ”Nggak mungkin ilang. Ada di dalam kok,” bantah Kiki. ”Tapi mana? Nggak kelihatan tuh,” kata Gilang. ”Kayaknya tadi nyemplung di semak-semak sana itu.” Fani menunjuk ke sudut pekarangan sebelah kiri yang rimbun dengan tanaman kembang sepatu berwarna merah. Dia, adik Kiki, adalah satu-satunya anak perempuan di kelompoknya Mereka berlima, para pemain bola jalanan, berderet di depan pintu gerbang sebuah rumah besar yang tampak sepi. Kelimanya memegang pagar dengan dua tangan dan melayangkan pandang ke segala penjuru Untuk sesaat mereka terpesona dan melupakan bola tadi. Mereka berhadapan dengan bagian depan rumah itu. Hanya pintu gerbang yang memiliki celah di antara jerujinya hingga memungkinkan mereka melihat ke dalam. Sepanjang pagar ke kiri dan kanannya tak memiliki celah di antara jeruji karena rapat tertutup oleh tanaman pagar. Bangunan besar itu sebuah rumah kuno dengan pilar-pilar tinggi, menyangga plafon yang tinggi. Pintu utamanya besar dengan dua daun pintu berikut jendela-jendela yang juga besar di kiri dan kanannya. Di bagian samping rumah yang posisinya lebih masuk ke dalam juga terdapat pintu dan jendela. Warna peliturnya cokelat tua, terlihat mengilap di bawah penerangan lampu teras. Dindingnya berwarna putih. Sebelah kiri dan kanan rumah bagian depan lebih menonjol ke depan membentuk setengah lingkaran yang didereti jendela-jendela kecil memanjang ke atas berlapis kaca patri dengan motif bunga lili aneka warna. Karena di bagian dalam ada lampu yang menyala terang, maka lukisan di kaca itu jadi kelihatan lebih jelas. Rumah itu, termasuk beberapa rumah lain di kawasan yang sama, merupakan cagar budaya di Jakarta. Jadi tak diperkenankan untuk dibongkar atau diubah bentuk aslinya. Yang dibolehkan hanya merenovasi bila ada kerusakan atau kerapuhan karena termakan usia, tanpa mengubah bentuk. Anak-anak itu sudah beberapa kali bermain bola di jalanan itu tanpa pernah memperhatikan rumah-rumah di kawasan tersebut. Mereka sendiri bukan warga daerah yang merupakan pemukiman elite itu; mereka tinggal di pemukiman berseberangan, yang merupakan
pemukiman baru berasal dari tanah kosong bekas kebun yang tak lagi diolah. Jadi keduanya kontras. Yang satu pemukiman kuno tapi elit, yang lainnya pemukiman baru tapi sederhana. Jalanan di situ sepi hingga dianggap ideal bila dijadikan lapangan sementara. Bila sesekali ada mobil melintas mereka bisa segera menepi. Bukan hanya idealnya saja yang membuat mereka senang bermain di situ, tapi juga karena sampai saat itu belum ada yang melarang. Mereka baru mencari tempat lain jika nanti sudah ada pelarangan bermain di kawasan tersebut. ”Wah, bagus sekali ya? Kayak istana,” decah kagum Fani. ”Kata bapakku, umurnya udah lebih dari seratus tahun. Dari zaman Belanda,” kata Madi. ”Gede banget! Garasinya aja lebih gede dari rumahku,” kata Gilang. ”Orang Belanda kan gede-gede,” kata Fani, disambut tawa yang lain. ”Emangnya raksasa?” kata Kiki. ”Ah, emang gede, kan? Makanya mereka bisa menjajah kita begitu lama,” kata Fani. ”Tahu, nggak? Kalau kita tinggal di situ, bisa main bola di dalam!” seru Gilang. Semuanya terdiam sejenak. Bukan membenarkan ucapan Gilang, tapi mengingatkan akan tujuan semula.  Apalagi Madi. Bolanya!


Detail Buku:
Judul         :Warisa Masa Silam
Penulis      : V. Lestari
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN         :
978 - 979 - 22 - 9147 - 6
Tebal         : 672 hlm
Download      : Google Drive


Zero Class Buku 2 Revelation karya Pricillia A.W. PDF

Zero Class Buku 2  Revelation karya Pricillia A.W. PDF

Detail Buku:

Judul: Zero Class #2: Revelation
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2014
ISBN: 978-602-03-0908-8
Bahasa: Indonesia
Jumlah halaman: 300 halaman
Jenis File: PDF
Besar file: 1,44Mb
Review: Goodreads

Deskripsi:

Pertempuran babak kedua dimulai!

Gita optimistis akan memenanginya karena memiliki tiga senjata ampuh: sederet keberhasilan yang diraih pada pertempuran sebelumnya, kekompakan anak 11 IPS 4, serta Nathan yang mulai percaya padanya.

Tapi siapa sangka, gempuran dari kubu musuh makin bertubi-tubi, membuat pertempuran kali ini lebih berliku, memusingkan, dan meninggalkan perih. Guna menjauhkan Gita dari sasaran musuh, Nathan dan Radit memutuskan bekerja sama. Namun, rupanya ada seseorang yang lebih dulu menjaga Gita, seseorang yang berjanji melindungi Gita apa pun risikonya.

Celakanya, banyak korban berjatuhan. Persis setelah serangan terakhir diluncurkan, terkuaklah sepenggal masa lalu yang kemudian memetakan konflik tak masuk akal ini dengan jelas hingga semua orang memikirkan ulang apa yang selama ini mereka musuhi: Terjebak di kelas penuh kesialan atau... tanpa sadar dimanfaatkan seseorang untuk membalas dendam?

The Belly of Paris karya Emile Zola PDF


The Belly of Paris karya Emile Zola PDF

Detail Buku:

Judul: The Belly of Paris
Penulis: Emile Zola
Penerjemah: Lulu Wijaya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2017
ISBN: 978-602-03-7189-4
Bahasa: Indonesia
Jumlah halaman: 502 halaman
Jenis File: PDF
Besar file: 5,71Mb
Baca selengkapnya »

Undang-Undang Agraria dan Aplikasinya Penulis Siti Zumrokhatun & Darda Syahrizal PDF

Undang-Undang Agraria dan Aplikasinya Penulis Siti Zumrokhatun & Darda Syahrizal PDF

Detail Buku:

Judul: Undang-Undang Agraria dan Aplikasinya
Penulis: Siti Zumrokhatun & Darda Syahrizal
Penerbit: Dunia Cerdas, 2014
ISBN: 978-602-7953-87-1
Bahasa: Indonesia
Jumlah halaman: 193 halaman
Jenis File: PDF
Besar file: 1,43Mb

Deskripsi:

Sebagai warga negara yang sadar hukum, tak ada salahnya jika  kita  juga  memperkaya  wawasan  dengan  membaca  buku yang  membahas  tentang  seluk  beluk  dunia  perundang- undangan. Berdasarkan pengalaman, tak bisa dipungkiri bahwa permasalahan hak bukanlah perkara kecil. Darinya bisa muncul perdamaian atau kekacauan. Di sinilah peningnya pengetahuan kita  untuk  memahami  bagaimana  sikap  yang  seharusnya  kita ambil.

Tentu  kita  sering  menyaksikan  di  mass media  banyak orang  saling  berikai  bahkan  melupakan  ikatan  darah  di antara mereka hanya karena sepetak tanah. Atau sekelompok masyarakat yang menuntut tanah negara. Pemahaman tentang dan  konsekuensi  yang  dapat  terakses  publik  akan  berdampak posiif dengan permasalahan yang ada. Tak perlu ada lagi saling tuding  atau  saling  serang.  Lebih  luas  lagi,  semoga  buku  ini mampu membawa efek pencerahan bagi banyak pihak.

Buku Undang-Undang Agraria dan Aplikasinya ini mencakup isi dan sistematika perpasal beserta penjelasannya lengkap dengan:
  • pengertian Agraria
  • Sejarah pembentukan Undang-undang pokok agraria
  • Asas-asas undang-undang pokok agraria
  • Tujuan dan fungsi Undang-undang pokok agraria
  • Hak-hak atas tanah



sHe by Windhy Puspitadewi

sHe by Windhy Puspitadewi

Dhinar mengambil satu satunya komik conan yang tersisa ketika tiba-tiba seseorang di dekatnya terpekik kecil. "Aaah!" Dhinar menoleh dan dilihatnya cewek yang sepertinya seumuran dengannya tampak panic campur kecewa menatap tumpukan komik di depan mereka. "habis.." desah cewek itu. Cewek itu menoleh kearah Dhinar dan lansung menyadari dhinar memegang komik yang dicarinya. "itu.. Yang terakhir, ya?" tanyanya sambil menatap dhinar penuh harap. "Hah? Eh.. Oh.. Iya.. Sepertinya," jawab dhinar tergagap, tidak menyangka akan ditanya secara tiba2 sperti itu "padahal aku berharap kamu bilang 'tidak'," keluh cewek itu. "tau gasih aku udah muter2 ke sanakemari, dari satu toko buku ke toko buku yang lain, tapi selauu aja kehabisan," kata cewek itu lagi, kali ini berapi-api. "Memangnya si penerbit itu cetak berapa biji sih? Nggak tau deh aku mesti nyari kemana lagi." Dhinar menyerngit, bertanya tanya kmna sebenarnya arah pembicaraan ini. Jangan2 dia mau meminta komik ini dariku. JANGAN HARAP! Seakan akan bisa membaca pikiran dhinar, cewek itu buru2 menambahkan, "eh, aku sama sekali nggal berniat meminta punyamu lho!". Pipi dhinar langsung bersemu. "kamu penyuka komik atau cuma conan aja?". Tanyanya cewek itu kemudian. Dhinar terdiam sejenak, tapi kemudian menjawab, "aku suka smua komik". Entah kenapa, tiba2 cewek itu tersenyum senang. "wah senangnya! Aku ketemu lagi temen sealiran!" "sealiran?" tanya Dhinar heran "iya!" seru cewek itu. "suka komik apa aja? Pilih-pilih gak? Maksudku, cuma komik cewe aja atau komik cowo aja?" Dhinar menggeleng. " Kalo aku suka ya aku baca". "baca Monster juga?"
Dhinar mengangguk. "aku penggemar Naoki urushawa" katanya. " Wah! Sama dong!" seru cewek itu girang. "aku paling suka Monster dibanding semua karyanya". "kalo aku lebih suka Master Keaton" kata Dhinar.  " lebih banyak memberi pengetahuan dan manusiawi. Kadang2 aku smpai lupa itu cuma cerita fiktif, apalagi dengan adanya cuplikan2 sejarah di sanasini. Master keaton jg bagus sih, tapi kalau. Master keaton juga bagus sih, tapi kalau..." mendadak Dhinar tersadar dia telah berbicara terlalu banyak padahal dgn orag yg dikenalnya saja dia belum pernah bicara sebanyak dan seantusia ini. Cewek itu tersenyum sambil menatap Dhinar lekat2. "kenapa menatapku seperti itu?" "aku benar2 senang dapat satu teman saliran lagi" jawabnya. "hah?" "susah loh, cari temen yang sama2 suka komik seumuran kita ini. Soalnya banyak yg menganggap komik hanya buat anak kecil, terus bla.. Bla.. Bla.." selagi cewek itu bicara, Dhinar mendapati dirinya terpesona. Bukan karena apa yang dikatakan cewek itu, tetepi lebih pada bagaimana cewek itu bisa membuatnya ikut antusias dan merasa nyaman untk berbicara, padahal meraka blm saling kenal. Mata cewek itu bersinar-sinar dan terlihat seperti anak kecil yg sedang membicarakan mainan barunya. "Ah!" kata cwek itu sambil menepuk dahinya sendiri. "kalo sudah ngomongin komik aku selalu lupa waktu. Sapu pasti sudah menunnguku!" "sapu?" dhinar mengangkat alis "cowokku," kata cewek itu sambil nyengir "oke, udah dulu ya! Semoga kita bisa ketemu lagi! Bye!" cewek itu melambaikan tangan kearah Dhinar, yang anehnya, dibalas Dhinar walaupun rada2 bengong. Dhinar sendiri heran, tidak biasanya dia merasa senyaman itu diajak bicara oleh orang yg baru saja dia kenal. Semoga bisa bertemu lagi? Kurahap begitu, dhinar berkata dalam hati, lalu tanpa sadar tersenyum sendiri. Rasanya seseuatu dalam cewek itu membuatnya penasaran, seakan-akan hendak menarik keluar seseuatu dalam dirinya. " Lama bener sih?" gerutu sapu yang sudah menunggu di dekat pintu keluar. " Hehehe" Dinar hanya menjawab dengan cengengesan. Dinar tahu sapu tidak benar benar marah. Sapu jarang sekali marah, apalagi kepadanya. "Tadi temanmu?" tanya sapu. "Hah?" "Itu," Sapu menunjuk cewek berkacamata yang masih berkutat di depan tumpukan komik baru dengan dagunya. "Ooh..." Dinar menggeleng. "Bukan, aku baru kenal kok. Aku bahkan nggak tahu namanya." Sapu mengangkat alis. "Hah? Kok kayaknya kalian akrab banget? Kukira itu temenmu yang udah lama nggak ketemu." "Masa sih?" tanya Dinar tak percaya. Sapu mengangguk mantap. Dinar menatap ke arah cewek yang tadi dia ajak ngobrol dengan tatapan menerawang. "begitu, ya? Tapi.... Kalau boleh jujur, itulah yang sebenarnya kurasakan. Aku merasa ada seseuati dalam diri kami yang mirip selahin hobi... Mungkin jiwa Atau... Kehidupan... Ibarat musik, sepertinya kami mempunyai ritme yang sama..." Dinar terdiam sejenak. Kemudian seakan akan tersadar dari lamunan, dia langsung tergagap. "aduh aku ngomong apa sih? Aku kayaknya lagi kesambet deh, sampai ngomong yang aneh - aneh."
sapu hanya tersenyum. "nggak kok," katanya sambil mengelus rambut Dinar. " ayo pulang." Dinar balas tersenyum. " He-eh. "

Detail Buku:
Judul         :She
Penulis      : Windhy Puspitadewi
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN         :
-
Tebal         : -
Download      : Google Drive


Hujan dan Teduh by Wulan Dewatra

Hujan dan Teduh by Wulan Dewatra

Sebuah bus kota sarat penumpang berhenti di halte, di depan sebuah SMA. Halte sesak oleh pelajar berseragam putih abu-abu yang sedang menunggu bus, plus yang sedang nongkrong nongkrong. Beberapa saat kemudian, bus pergi meninggalkan halte, meninggalkan asap hitam pekat. Setelah asap menipis, yang tersisa di sana hanya segerombolan murid perempuan yang sedang berceloteh seperti burung parkit; seorang murid laki-laki berkacamata tebal, seorang murid perempuan berponi pagar dan seorang murid perempuan dengan rambut panjang terurai. Si perempuan berambut panjang memperhatikan murid berponi itu yang duduk jauh di sebelah kanan, dengan penuh minat dari ujung kepala sampai kaki. Ada yang menarik, entah apa. Menyadari sedang diperhatikan, si perempuan berponi menatap perempuan berambut panjang
yang cepat-cepat memalingkan mukanya. Si perempuan berambut panjang memandang jam tangannya, berharap orang yang sedang ditunggunya segera datang dan membawanya pergi dari keadaan canggung tersebut. Tak lama kemudian, sepeda motor merah yang dikendarai seorang laki-laki berseragam putih abu-abu berhenti di depan halte tersebut. Bukan untuk menjemput si perempuan berambut panjang, karena si laki-laki menyodorkan helm kepada si perempuan berponi yang bergegas menghampirinya. Mereka pun pergi Si perempuan berambut panjang memperhatikan kepergian mereka dari sudut matanya. Ketika mereka tidak terlihat lagi, ia mulai berkutat dengan lamunannya sampai sebuah Picanto berhent di depannya dan pengendaranya membunyikan klakson. Ia segera masuk dan duduk di kursi depan, di sebelah perempuan setengah baya yang terlihat masih segar dan menarik. "Maaf, Ibu telat," ujarnya dari balik kemudi. "Gimana rapornya?" lanjutnya sambil memajukan mobil perlahan  "Bagus," ujar singkat si perempuan berambut panjang. Ia tidak suka membicarakan nilai. Ibunya tersenyum dengan pandangan lurus ke depan. Hening sejenak. "Sekarang Ibu antar kamu ke bengkel, setelah itu Ibu kembali lagi ke toko. Bintang, nggak apa-apa kan pulang sendiri?" lanjut sang ibu. "Iya," ujarnya pelan, pikirannya sibuk mencari-cari bayangan perempuan berponi tadi. Dua kotak kardus berada di pelukan Bintang. Ia berdiri di depan pintu, di sebelah deretan pintu yang tertutup. Sebuah kardus terletak di sebelah kaki ibunya yang sedang memasukkan kunci. Pintu terbuka. Bintang langsung masuk, disusul ibunya yang menyeret kardus. Dua kardus di pelukan Bintang kini sudah terletak di lantai. Bintang sedang memijat-mijat lengannya yang egal ketika ibunya duduk di atas ranjang berukuran single di sebelahnya. "Ini kosannya. Deket banget ke kampus kamu," ujar sang ibu sambil menghempaskan tubuhnya di tempat tidur dan menghembuskan napas lega. Lega karena akhirnya sampai di tempat yang dituju setelah lima jam mengemudi dengan penuh stres karena macet. Bintang mengedarkan pandangannya di ruangan bercat putih tersebut. Sebuah ranjang berada di sebelah jendela yang lumayan besar. Meja rias dan lemari berada di sisi dinding yang lain. Di bagian lain ruangan itu terdapat juga sebuah sofa cokelat kecil, berhadap-hadapan langsung dengan meja yang menempel ke dinding dengan TV di atasnya. Terlalu mahal, pikir Bintang. "Gimana, Bintang?" tanya ibunya.
"Bagus, Bu," ujarnya singkat.  Senyuman tergambar di wajah awet muda ibunya. "Kalau gitu kita lihat kamar mandi dan pantry-nya." Sang ibu sambil menarik Bintang ke pintu yang berada di ujung tempat tidur—tembus langsung ke ruang pantry. "Biar bisa masak sendiri," lanjut Ibu sambil menyalakan keran di tempat cuci piring. Hanya mengecek. Bintang, yang berdiri di depan pintu toilet, merasa kosannya terlalu mewah untuk ukuran seorang mahasiswa. Terlalu berlebihan. Dia menatap ibunya ragu-ragu, sementara jarinya engggesek-gesek permukaan meja pantry yang mengilat. "Pasti kosan ini mahal sekali. Gimana kalau cari yang lebih... murah aja?" tanyanya pelan. Ibunya hanya tertawa. "Kamu mau pindah?" "Nggak perlu mewah-mewah lah. Yang lebih kecil daripada ini juga nggak apa-apa," ujar Bintang. "Kosan ini sudah dibayar." Bintang merasakan tangan ibunya menyentuh lembut bahunya, seolah memberi tanda supaya dia tidak banyak membantah. "Lagi pula, repot kalau kita harus

Detail Buku:
Judul         : Hujan Dan Teduh
Penulis      : Wulan Dewatra
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN         :
-
Tebal         : -
Download      : GoogleDrive


Hujan Punya Cerita tentang Kita by Yoana Dianika

Hujan Punya Cerita tentang Kita by Yoana Dianika

Rangga menatap kertas putih yg tertempel di papan pengumunan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Surabaya. Semester ini dia sudah mengambil KKN. Ini tentu akan menjadi pengalaman baru baginya. Akan ada banyak objek yg bisa dibidik dgn Nikon kesayangannya. Terlebih tujuan KKN selalu tempat2 yg masih asri dipedesaan. Pasti akan menjadi sesuatu yg tak terlupakan. Kata teman2, hari ini kelompok KKN dibagikan. Anggota tiap kelompok akan diberitahukan lewat papan pengumuman. Pembagian anggota dgn sistem acak dan ditentukan langsung oleh pihat universitas. Besar kemungkinan dlm suatu kelompok terdiri dari mahasiswa berbagai fakultas. Kesempatan ini bisa dijadikan sebagai sarana untuk berinteraksi dgn mahasiswa lain." KKN itu nggak terlupakan. Kamu terjun ke masyarakat, bergaul dgn mereka, lalu mendapatkan banyak pengalaman baru, dan yg paling nggak terlupakan.....bnyak yg cinlok loh selama KKN." Rangga teringat wejangan seniornya beberapa hari lalu, yg diikuti derai tawa. Dibalik kesan positif, tdk sdikit pula yg memberikan kesan negatif selama menjalani KKN. " Bgaimana bisa menarik, lokasi KKN selalu ditempat terpencil. Dipelosok yg nggak ada internet! Listrik pun ala kadarnya. Sinyal antara ada dan tiada. Udah gitu,....tiap hari harus masak sendiri. Ribet pokoknya.!" Setelah mematikan rokoknya, Rangga mulai menyusuri kertas putih itu. Mencari namanya disana. Kertas satu...,namanya tdk ada. Lanjut ke kertas dua..., tidak ada juga. Kertas ketiga..., itu dia, namanya ada dipojok bawah. Rangga menengok sekali lagi, memastikan bahwa yg tertulis dikertas ketiga itu memang namanya. Benar, tdk salah lagi. Tercetak Ranggadipta Hadiwijaya dideretan nama kertas ketiga. Dari FIB jurusan sejarah. Itu memang benar dirinya. Dia masuk ke kelompok lima disebuah desa di Bojonegoro. Nama2 yg tertera dikertas itu asing semua. Itu berarti, dia tdk sekelompok dgn teman2 sekelasnya--yg juga berarti dia mendapatkan anggota kelompok dari fakultas lain. Itu pasti menjadi sesuatu yg menarik. Rangga suka travelling dan blm pernah mengunjungi daerah Bojonegoro sebelumnya. Siapa tau dari KKN kali ini bnyak pengalaman baru yg bisa dipetiknya. Kalau begitu, hal yg tak boleh terlupa adalah Nikon kesayangannya. Tdk masalah jika desa tersebut belum dijangkau internet. Bagi Rangga bisa mengabadikan moment penting adalah hal yg tdk boleh dilewatkan. Pemandangan dipedesaan yg masih asri lebih menarik ketimbang sekedar koneksi internet. Kinanthi -Kie- menatap lembaran kertas putih yg tertempel di papan pengumuman fakultas ekonomi. Kepalanya sdikit mendongak. Hari ini kelompok KKN dibagikan, sekaligus penentuan tempat untuk KKN. Harapannya hanya satu, : bisa sekelompok dgn orang yg dikenalnya. Kadang Kie benci dgn hal2 baru seperti ini. Dia tdk suka dgn perubahan. Bagi Kie, 'beradaptasi dgn orang2 baru yg berbeda sifat' adalah salah satu betuk perubahan ekstrem. Dengar2, KKN itu menyusahkan. Dalam KKN, para perempuan sering menjadi korban untuk : masak, bersih2 rumah kontrakan yg ditinggali selama KKN, belanja, dan hal2 ribet semacamnya. Selain itu, antar anggota juga harus sabar menyatukan ide demi terwujudnya progam. Padahal, dlm satu anggota kelompok bisa saja terdiri dari 20 anggota, Kie tdk bisa membayangkan susahnya mencari kesepakatan dari bnyak orang. Blm lagi, KKN diadakan didesa, yg pastinya susah sinyal ponsel. Tanpa koneksi internet, listrik ala kadarnya dan hal2 yg menyusahkan lainnya. Susah bagi Kie untuk bisa menyesuaikan diri dgn bnyak orang yg baru dia kenal. Dia lebih suka berkutat dgn laptopnya ketimbang harus bersosialisasi dgn orang2. Dia lebih suka menjelajar internet ketimbang harus berpura-pura ramah kepada orang lain. Jemari Kinanthi menyusuri deretan nama kertas putih yg ditempelkan dipapan pengumuman dgn jari telunjuknya. Satu..., namanya tdk ada. Dua..., namanya juga tdk ada dilembar itu. Kie mencoba sabar, lalu beranjak ke kertas selanjutnya. Tiga..oh...,namanya ternyata tercantum dilembaran kertas ketiga. Kie memastikan sekali lagi. Tdk salah lagi, yg tercantum dilembar kertas ketiga adalah namanya. Kinanthi Olivia, dari Akuntasi, FEB-fakultas ekonomi bisnis- UNAIR, dia mendapatkan tempat KKN di Bojonegoro, tepatnya di Desa Dander, kecamatan Sumber Arum. Kie menelusuri nama lain yg sekelompok dgnnya di desa Dander. Berharap ada orang lain yg dikenalnya, setdknya sekelas di salah satu mata kuliah atau sejurusan dgn dga. Atau kalau tdk  teman SMA yg berasal dari fakultas lain. Kie mulai gelisah. Dari berderet nama itu tak ada seorang pun yg dikenalnya. Memang ada beberap mahasiswa FEB, tp nama2 itu begitu asing dibenak Kie. Dia sekelompok dgn mahasiswa dari fakultas lain. Sekelompok dgn orang2 baru yg tdk pernah ditemuinya. Rasa cemas tiba2 melanda pikirannya. Membayangkan, apa yg harus dilakukan  ipertemuan pertama dgn orang2 baru. Kata2 apa yg harus diucapkan. Sikap seperti apa yg harus ditunjukan. Semua itu semakin membuat Kie khawatir. " Eh, aku sekelompok sama Kinanthi ya! Syukurlah. Setidaknya ada teman yg kukenal."

Detail Buku:
Judul         : Hujan Punya Cerita Tentang Kita
Penulis      : Yuana Dianika
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN         :
-
Tebal         : -
Download      : Google Drive