Saat pertama kali terbitnya fajar risalah, ada beberapa orang yang dikenal sebagai kaum terhormat karena kemuliaannya. Orang-orang inilah yang kemudian ditakdirkan menjadi generasi pertama dalam rangkaian luhur yang membawa “kalimat agama” kepada dunia. Mereka membawa cahaya Allah dan petunjuk-Nya bagi seluruh makhluk yang tersesat, tanpa awal, akhir, maupun keterputusan. Ketika takdir berlaku untuk memilih, ia telah membuat akal manusia terpana dalam menentukan pilihannya Pada kesempatan ini, kita akan menyaksikan seorang yang terhormat di tengah keluarga, bangsawan, dan kaumnya dipilih untuk menduduki posisi yang luhur. Namun, dalam waktu bersamaan, dia duduk di samping kaum fakir dan hamba sahaya yang diperjualbelikan. Mereka yang hidup dalam keadaan terbatas dan kekurangan serta akrab dengan rantai dan belenggu. Kita akan menyaksikan seorang yang kaya raya—dengan gelimang harta benda di tangannya—duduk bersama kaum fakir miskin yang hidup dalam kesengsaraan. Seperti seseorang yang kuat, penuh keberanian, dan mampu mengalahkan para pegulat di Pasar ‘Ukâzh, dia ditakdirkan untuk hidup mendampingi dan melayani kaum lemah tak berdaya yang kedua kakinya bergetar karena tertiup angin. Dengan demikian, ‘Utsman adalah manusia cerdas—kecerdasan dan kemampuannya memancar dari dalam dirinya—yang tetap setia mendampingi rak yat jelata. Semua kenyataan ini—tanpa ikatan tertentu—telah menunjuk kepada suatu kaum yang besar dan memilih para kesa tria aga ma baru yang dikehendaki Allah Swt. kepada Muhammad Saw. untuk menyampaikan panji-panji kebesaran-Nya. Kaum yang memiliki keberagaman sifat dan perbedaan karakter dan de ra jat ini akan menunjukkan keindahan Islam dan mukjizat-Nya yang agung. Selain itu, Islam telah menjadikan para tokoh pem besar yang berpengaruh dari kaum Quraisy, seperti Abu Bakar, ‘Utsman, dan ‘Abdurrahman ibn ‘Auf, sebagai sosok-sosok penolong dan saudara bagi manusia lainnya, seperti Shuhaib, Bilal, dan ‘Ammar. Islam pun menciptakan persatuan dari latar belakang yang berbeda-beda. Bahkan, semua perbedaan itu diikat dalam satu ikatan persaudaraan. Saksikanlah, takdir akan menunjukkan ketika para kesatria itu terpilih, sesungguhnya me reka berasal dari latar yang berbeda-beda. Bukankah mereka di tak dirkan bertemu dan bersatu dengan ke khasan masing-masing yang sangat banyak, mulai dari sifat yang unik, ke du dukan, dan kemampuan mereka? Tentu saja, ada titik yang mempertemukan mereka. Semen - tara, untuk menemukan titik tersebut bukanlah hal yang sulit. Al-Quran yang agung telah memberikan kabar kepada kita bahwasanya, Allah lebih mengetahui di mana Dia menem pat kan tugas kerasulan-Nya (QS Al-An‘âm [6]: 124). Benar, sesungguhnya Allah Swt. mengetahui bagaimana Dia akan me milihkan para pembela dan pembantu setia bagi Rasulullah Saw. Siapa pun rasulnya tentu dipilih oleh Allah Swt. Sosok yang dipilih adalah pribadi yang kehidupannya berada di atas segala kebenaran, kebaikan, dan keutamaan yang tak dimiliki manusia lain. Sebab itu, dengan karunia dari Tuhannya, seorang rasul haruslah memiliki kelebihan khusus berupa keutamaan jiwa dan kesungguhan hati, sehingga mampu menunaikan tugasnya: menyampaikan risalah. Ditegaskan pula, siapa pun yang menjadi rasul tak akan bisa bekerja sendirian. Dia memerlukan orang-orang beriman yang turut membantunya dalam menjalankan amanah agung tersebut. Selain itu, orang-orang ini harus memiliki kualitas yang tingkatannya mampu menunaikan peran mulia yang akan dipikul pundak mereka. Mereka bisa berasal dari pemuka agama, pemimpin kaum, orang-orang kaya, rakyat jelata, atau hamba sahaya. Ketika menunjuk para kesatria yang terpilih, sesungguhnya takdir pun telah memasukkan pandangannya hingga relung yang paling tersembunyi dari setiap kepribadian mereka. Meskipun, secara kasatmata, ada pola hidup mereka yang sangat akrab dengan kemewahan, penyimpangan, bahkan pembangkangan. Anak panah takdir telah melesat hebat terhadap pribadipribadi yang terpilih karena kesucian, keistiqamahan, dan ketulusan mereka. Takdir mengukuhkan kesatria yang gagah berani tersebut untuk memikul tugas. Dengan cara seperti inilah, takdir menunjukkan bagaimana terpilihnya orang-orang yang akan sanggup mengemban misi suci untuk membela Islam pada masa awal kemunculannya, ketika sang fajar masih diselimuti gelap gulita. Salah seorang yang terpilih adalah ‘Utsman. Dia laki-laki dari kaum ningrat atau bangsawan, pemuka kaum Quraisy, dan kalangan pembesar bangsa Arab. Dia ditakdirkan untuk menduduki tempatnya dengan segera di antara orang yang pertama
masuk barisan pemeluk agama dan petunjuk yang benar. Saat itu, dia sama sekali tak ragu menerima amanah agung tersebut.
Detail Buku:
Judul :UTSMAN IBN ‘AFFAN Khalifah Penjunjung Al-Quran
Penulis : Khalid Muhammad Khalid
Penerbit : PT Mizan Pustaka
ISBN :978-602-1337-14-1
Tebal : -
ISBN :978-602-1337-14-1
Tebal : -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar