Sinopsis :
”GRRRRRR... ke mana sih dia?!” Aku mengentak-entakkan kaki dengan kesal sambil berjalan mondar-mandir di depan Sushi Tei. Penerima tamu Sushi Tei yang berdiri di dekatku kayaknya sebentar lagi bakal membunuhku dengan tatapannya kalau aku nggak cepat-cepat pergi dari sini. Dari tadi dia memelototiku terus! Dengan napas setengah tertahan, aku melirik jam yang terpampang di layar HP-ku. Pukul 19.30. Dua jam aku menunggu, dua jam!!! Dan dia selalu nggak bisa ditelepon kalau ngaret begini! Benar-benar kebiasaan jelek yang baru kutahu setelah kami jadian. Ganteng-ganteng ternyata suka ngaret, suka sok nggak mengangkat HP-nya pula kalau ditelepon, huh! Aku mencoba menarik napas dalam-dalam. Oke, there’s always sunny side in everything, Alice. Mungkin dia terpaksa mengulang adegan di video klipnya sampai beberapa kali karena model untuk video klip itu begitu idiotnya hingga tak tahu bagaimana cara memeluk yang benar, dan take peluk-memeluk itu harus diulang Take peluk-memeluk? Harus diulang? ”Grrrrrr...!” Aku mengertakkan gigi-gigiku sekali lagi. Me- nunggu dua jam sambil mondar-mandir kayak setrika begini sudah cukup membuatku kesal, seharusnya aku nggak perlu membayangkan cowokku, yang vokalis band terkenal itu, terpaksa mengulang adegan peluk-memeluk dengan model video klipnya yang idiot! Atau malah model itu begitu PINTARnya, sampai dia bias berpura-pura bodoh dalam adegan peluk-memeluk, dan dengan
begitu bisa mengulang adegan itu berkali-kali??? Awas nanti kalau dia DATANG!
”Sayang!” Aku menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya membalikkan tubuh. Dan dengan radar yang sudah terlatih, aku bisa merasakan orang-orang di sekitarku sudah membeku di tempat mereka masing-masing. ”Dylan...,” geramku jengkel melihat dia cengengesan, tapi amat sangaaaattt ganteng dalam long-sleeve putih dan celana jins abu-abunya. Kebekuan di sekitarku makin terasa menusuk. Aku bias merasakan tatapan mata banyak orang menghunjam pada kami. Yeah, pacarku ini seleb. Sangat sulit jalan bareng dia tanpa dilihatin begitu banyak orang. Tapi yah... sekarang aku sudah mulai terbiasa. ”Ah, kamu pasti udah lapar ya, sampai memanggilku Dylan begitu?” tanyanya, masih sambil cengar-cengir. Memangnya aku masih bisa memanggilnya ”Say” setelah aku terpaksa ngetem di sini menunggu dia, heh? ”Aku nungguin kamu DUA JAM, tau! Dua jam!” ”Iya, iya, Say... Maaf yaa... Tadi syuting video klipnya kacau berat sih! Nggak tau deh model dari agensi mana yang dipilih Bang Budy, dia bego banget sampai adegannya harus diulang melulu...” Serasa ada yang menabuh genderang perang di dadaku mendengar omongan Dylan barusan. Berarti memang benar model video klip Skillful pura-pura bodoh supaya dia bias mengulang...”Kalian retake adegan pelukan terus, ya?” tanyaku akhirnya,nggak tahan kalau harus bertanya-tanya tanpa henti dalam hati. Dylan kelihatan bingung. ”Adegan pelukan? Kok adegan pel...” ”Bukan? Terus apa? Adegan ciuman? Kalian retake adegan itu terus, ha?!” ”Eh, Say, kayaknya kamu harus...” ”Apa? Aku harus apa? Harus sabar? Kuulangi ya, aku DUA JAM menunggumu di sini, dan yang kamu lakukan malah retake adegan ciuman sama model bego dari agensi tolol???” Aku, entah dapat energi dari mana, menyerocos tanpa henti. Sebodo amat kalau dilihatin orang! ylan menatapku lurus-lurus selama beberapa detik, lalu meledak tertawa. Orang-orang yang tadinya memandangi kami karena Dylan seleb, sekarang, aku yakin, memelototi kami, karena Dylan yang seleb sedang bertengkar dengan ceweknya yang setengah bule dan overhisteris. ”Say, dari mana kamu dapat pikiran aku retake adegan pelukan dan ciuman sama si...” ”Terus apa, ha?” Dylan tersenyum. ”Mau jawaban jujur?” ”Coba saja bohong,” kataku marah, ”dan aku akan bilang ke Tante Ana kamu bikin aku kesal!”
Detail Buku:
Judul : DEAR DYLAN
Penulis : Stephanie Zen
Penulis : Stephanie Zen
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN :978 - 602 - 03 - 0476 - 2
Tebal : 328 hlm
ISBN :978 - 602 - 03 - 0476 - 2
Tebal : 328 hlm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar