Sinopsis :
TEPAT pukul 23.30. Fay tersenyum ketika merasakan gaya gravitasi menekan perutnya. Awalnya lembut, kemudian meningkat perlahan dan semakin keras, hingga akhirnya mendadak
hilang ditelan tubuhnya, and off she goes. Pesawat Air France yang ditumpanginya tinggal landas dari bandara Changi di Singapura menuju Paris. Yup, Paris. PARIS. P-A-R-I-S! Senyumnya makin lebar. Ia teringat tatapan tak percaya teman-temannya ketika mereka mendengar ia akan ikut summer course atau kursus musim panas di Paris saat liburan kenaikan ke kelas 3 SMA. Mereka selalu berempat. Ada Dea, si serius yang tingginya 170 senti. Ada juga Leslie si modis yang dipanggil Cici karena dia keturunan Tionghoa, dan Lisa, si mungil yang paling cantik di antara mereka dan bawelnya tidak ketulungan. Dan tentu saja ada dirinya, Fay, yang menurutnya sendiri, biasa-biasa saja. Perawakannya standar saja untuk ukuran anak kelas 2 SMA yang baru naik ke kelas 3. Tingginya 158 senti. Dengan berat 55 kg, ia bahkan punya kelebihan lemak di bagian-bagian yang tidak seharusnya berlemak, walaupun belum cukup untuk mendapat panggilan ”ndut” (dari kata gendut) atau ”ntong” (dari kata gentong). Dengan rambut agak ikal yang lebih panjang sedikit dari bahu dan selalu diikat kucir kuda, kulit sawo matang, dan tampang yang jauh dari indo, ia selalu merasa tidakada yang terlalu istimewa dari dirinya. Dua hal yang selalu disyukuri Fay adalah wajahnya yang jarang sekali jerawatan dan nilainya yang selalu mendekati sempurna untuk pelajaran matematika dan bahasa Inggris, praktis tanpa usaha. ”Nggak salah, Fay, lo mau belajar bahasa Prancis?” tanya
Cici, disambut anggukan heran dan pandangan bertanya teman-temannya yang lain. Wajar mereka heran. Selama ini Fay memang tidak pernah menunjukkan niat untuk belajar bahasa Prancis, bahkan minat pun sebenarnya tidak ada. Perjalanan ini memang tidak sepenuhnya direncanakan seperti ini. Mama bekerja sebagai auditor di perusahaan konsultan keuangan sehingga sering melakukan perjalanan bisnis. Papa yang bekerja di perusahaan konsultan Teknologi Informasi di Jakarta juga cukup sering melakukan perjalanan bisnis. Liburan ini kebetulan Mama bertugas di Paris selama dua minggu, berbarengan dengan Papa yang bertugas di Bangkok selama tiga minggu. Ketika disuruh memilih, tentu saja Fay memilih ikut mamanya ke Paris. Pilihan yang tidak sulit, pikirnya sambil cengengesan. Ia akan tinggal bersama mamanya di hotel di Paris selama dua minggu, kemudian mereka berdua akan ikut tur tiga hari sebelum pulang ke Jakarta. Setelah paspor dan visa ada di tangan dan tiketnya diterbitkan, tepat dua minggu sebelum berangkat, mendadak penugasan Mama diganti ke Brazil. Untuk Mama tidak masalah, karena visa ke Brazil-nya masih berlaku. Dan karena ini tugas kantor, biaya yang timbul akibat perubahan setelah tiket diterbitkan ditanggung kantor. Tapi tidak demikian dengan Fay. Tidak ada waktu untuk mengurus visa Brazil dan uang tiketnya
tidak bisa dikembalikan bila dibatalkan. Bahkan, penggantian tanggal saja akan dikenai biaya tambahan. Maklumlah, dibeli dengan harga promosi, dengan tetek bengek ”non-routable” ”non-refundable”, dan non-non-non yang lain. Akhirnya orangtuanya memutuskan Fay tetap pergi ke Paris dengan agenda yang berbeda, ikut kursus musim panas untuk belajar bahasa Prancis selama dua minggu, dilanjutkan dengan tur selama tiga hari, yang tadinya akan diikutinya bersama Mama. Fay melonjak-lonjak kegirangan karena keberuntungan yang diperolehnya, pergi ke Prancis dua minggu sendirian! ea waktu itu bertanya dengan ragu, ”Lo yakin, Fay, bisa
selamat pulang ke rumah? Lo kan belum pernah pergi ke luar negeri. Lagi pula, Prancis kan bahasanya bukan bahasa Inggris. Kalo lo ilang gimana?” Kalimatnya itu disambut tawa terbahak-bahak Cici, lemparan bantal dari Lisa, dan pelototan dari Fay. ”Dea, gue bilangin ya. Yang pertama, semua juga tau Prancis itu bahasanya bukan bahasa Inggris. Yang kedua, gue udah pernah ke luar negeri sekali, walaupun gue juga udah nggak inget saking udah lamanya. Yang ketiga, walaupun gue juga yakin bakalan nyasar, tetap aja gue bakalan pergi. Emang gue gila apa nolak tawaran kayak gini? Nggak bakal muncul lagi seumur hidup gue, tau!”
Detail Buku:
Judul : EIFFEL, TOLONG!
Penulis : Clio Freya
Penulis : Clio Freya
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN :978 - 602 - 03 - 0864 - 7
Tebal : 344 hlm
ISBN :978 - 602 - 03 - 0864 - 7
Tebal : 344 hlm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar