My Lovely Gangster by Putu Felisia

My Lovely Gangster by Putu Felisia

BANGKOK-THAILAND, pertengahan Juni. Seorang pria berusia tiga puluhan duduk di sebuah ruangan gelap, mengamati layar komputer sambil bertopang dagu. Seorang wanita cantik ikut mendampinginya, duduk bersandar dengan manja sambil membelai bahu pria tersebut. Tidak ada yang istimewa dari pemandangan itu, selain sepasang kekasih biasa. Hanya saja, saat itu masing-masing dari mereka menggenggam pistol semi otomatis yang sama. Pistol dengan dua puluh butir peluru yang siap ditembakkan daati magazen-nya, mengundang maut bagi musuh-musuh mereka. Ruang sempit di sekeliling mereka berpendar redup, cahayanya mengenai sebagian wajah sang pria. Tato naga hitam kecil melingkar di pelipisnya yang mulai berkerut. Konsentrasinya terarah ke layar komputer. Mengamati refleksi gorong-gorong gelap di luar. Keadaan di sana sangat bertolak belakang dengan ketenangan dalam ruangan. Suasana teramat kacau saat itu. Roda-roda terbakar berserakan di sana-sini. Gorong-gorong penuh dengan sosok-sosok tubuh berlumuran darah. Sebuah perkelahian besar sedang terjadi. Puluhan anggota geng terlibat baku hantam di gang-gang sempit, memperdengarkan bunyi-bunyian berisik dari senjata mereka. Linggis, parang, juga dongkrak mobil bergerak bergantian membentuk sebuah orkestra perang, bersamaan dengan senjata-senjata lain yang beradu nyali. Berebutan menyesap kehidupan dari sisa-sisa darah manusia Sesosok pria berdiri dengan angkuh, menerobos perkelahian di sekitarnya tanpa dapat dirobohkan oleh orang-orang yang mencoba menyerangnya. Wajahnya dingin dan keras, seolah baku hantam orang-orang itu tidak mempengaruhinya sama sekali. Beberapa kali dia menjatuhkan orang-orang yang berebut menyerangnya. Hanya dengan sedikit menggerakkan tubuhnya, seolah-olah dia sedang menepuk nyamuk. Sosok itu kini mempercepat langkahnya melihat tujuannya sudah hampir dekat. Pemimpin geng Kobra, seorang pria Thailand yang bahkan dia tak tahu namanya. Seorang pria botak bertubuh seperti raksasa tertawa masam melihat sosok kokoh itu
menghampirinya. Dia adalah pimpinan geng pecundang itu. Kakinya gemetar melihat pria itu menghampirinya. Rencananya tidak seperti ini.. Dia menginginkan pertarungan tak seimbang yang memaksa lawannya berlutut di depan puluhan anak buahnya. Bukan pertarungan berlevel
jauh di atasnya. Tiga orang pelindung dan seorang ketua klan telah berhasil memporak-porandakan pasukannya. Empat lawan dua puluh delapan. Suatu hal yang mustahil. Dia telah kehilangan seluruh kepercayaan dirinya. Sikapnya luar biasa defensif, satu tangan mengarahkan pistol tepat ke depan, satu tangan lagi mempererat cengkeramannya pada sandera, satu-satunya peluang meloloskan diri. Seorang gadis Jepang bernama Yamashita Shiori. “Kuga Kyouhei,” pria itu mengarahkan pandangan sinis pada sosok di depannya, “Aku sudah bilang kau harus datang sendiri.” Wajah Kuga dingin seperti es. Sama sekali tak memperlihatkan adanya emosi. “Kalau kau maju, dia akan mati,” pria itu menarik gadis yang disanderanya, mengalungkan sebelah tangan di leher gadis itu, sehingga tubuh sang gadis menjadi tamengnya. “Siapa yang menyuruhmu?” Pria itu kembali tertawa, “Ketua Naga Timur Asia. Kalau aku membunuhmu, aku akan terkenal sepertimu yang selalu mendapatkan apa yang kau mau...” pria itu menyorongkan pistolnya hingga menyentuh sang gadis, “Buang senjatamu, ketua.. atau tunanganmu ini akan mati.” “Kasihan sekali...” Kuga tersenyum mengejek, “Kau bahkan tak pantas menjadi pimpinan sekumpulan pecundang itu...” dia menunjuk tubuh-tubuh tak sadarkan diri di atas aspal, seolah mengejek harga diri pria itu “ DIAM” bentak pria itu garang, ia hampir membuat gadis sanderanya kehabisan napas karena tercekik, “Sudah kubilang ini hanya antara kau dan aku!” “Kalau begitu lakukan saja.” “Apa?” “Kalau kau tak mau, aku yang akan melakukannya,” satu tangan Kuga kini mengangkat  istolnya, dengan sebuah gerakan cepat, sebuah peluru timah melesat ke depan, seketika mengakhiri nyawa pria itu, setelah terlebih dahulu menembus leher gadis yang menjadi tamengnya. Kau keliru...” gumamnya, seakan berbicara pada sang pria,“Aku tidak pernah mendapatkan apa yang benar-benar kuinginkan...” ia memandang sekilas jasad gadis itu, dengan pandangan menyesal. Lalu mengambil ponsel dari saku sang pria. Kuga membuka daftar panggilnya, menemukan nama Yuri di sana. Ceroboh seperti biasa! Keluh Kuga dalam hati. Jarinya langsung menekan tombol panggil Dari kejauhan, wanita berambut keperakan itu menoleh pada ponselnya yang mendadak berbunyi. Sejenak, dia tampak berpikir. Keragu-raguan tampak pada wajahnya, sedikit ketakutan karena merasa dirinya terlalu ceroboh sehingga meninggalkan nomor telepon pada ketua geng Kobra yang bodoh itu. Untungnya, pria di sebelahnya tidak terlihat marah. Dia memberi tanda kepada sang wanita untuk mengangkat teleponnya. Mata tajam sang pria mengarah pada monitor yang memperlihatkan Kuga menempelkan ponsel pria tadi di telinganya. “Permainanmu mulai membosankan, Yuri...” desis Kuga, “Geng kecil seperti ini bahkan takkan pernah sanggup menyentuhku. Kau lupa dengan siapa kau berurusan.” Dia tertawa. Tawanya membuat gadis berambut perak yang dipanggil Yuri itu gemetar. Untung saja Kuga tidak bisa melihatnya sekarang “Benarkah?” Yuri tertawa dalam nada yang dibuat-buat, alisnya mulai naik turun antara gugup dan ketakutan, “Tapi kau telah membunuhnya,” katanya dengan suara bergetar, “Tunanganmu sendiri.”

Detail Buku:
Judul         : My Love Gangster
Penulis      : Putu Felisia
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN         :
 978-979-91-0515-8
Tebal         :
464 hlm
Download      : Google Drive


Tidak ada komentar:

Posting Komentar