Pudarnya Pesona Cleopatra by Habiburrahman El-Shirazy

Pudarnya Pesona Cleopatra by Habiburrahman El-Shirazy

INI nikmat ataukah azab? “harus dengan dia, tak ada pilihan lain!”tegas ibu. Beliau memaksaku untuk menikah dengan gadis itu. gadis yang sama sekali tak kukenal. Sedihya, aku tiada berdaya sama sekali untuk melawanya. Aku tak punya kekuatan apa-apa untuk memberontaknya. Sebab setelah ayah tiada, bagiku ibu adalah segalanya. Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada didalam kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal itu. kok bisa-bisanya ibunya berbuat begitu. Pikiran orang dulu terkadang memang aneh. “Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di Mankuyudan Solo dulu,” kata ibu. “ kami pernah berjanji,jika dikaruniai anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu Anakku,ibu yang telah hadir jauh sebelum kau lahir!” ucap beliau dengan nada mengiba. “dan percayalah pada ibu, Anakku. Ibu selalu memilihkan yang terbaik untukmu. Ibu tahu persis garis keturunan Raihana. Ibu tahu persis kesalehan kedua orang tuanya,” tambahanya untuk menyakinkan diriku “Mbak Raihana itu orangnya baik kok, kak. Dia ramah halus budi, sarjana pendidikan, penyabar, berjilbab dan hafal Al-Quran lagi. Pokoknya cocok deh buat kakak,” komentar adikku,si Aida tentang calon istriku. “Orangnya cantik nggak?”selidikku. “Lumayan, delapan koma limalah,” jawab adikku enteng. “Tapi lebih tua dari kakak ya?” tanyaku mencari kepastian. “Ala Cuma dua tahun kak, lagian sekarang’ kan lagi nge-trend lho, laki-laki menikah dengan wanita yang lebih tua. Nggak masalah itu kak. Apalagi Mbak Raihana itu baby face, selalu tampak lebih muda enam tahun dari aslinya. Orang-orang banyak yang mengira dia itu baru sweet seventeenth lho kak. Bener nih, serius!” propaganda adikku berapi-api. Adikku satu-satunya ini memang pendukung setia ibu. Duh pusing aku, pusing!  Dalam pergaulatan jiwa yang sulit berhari-hari,akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.
Ibu
Durhakalah aku
Jika dalam diriku,
Tak kau temui inginmu
Ibu
Durhakalah aku
Jika dalam diriku,
Tak kau temui legamu
Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku ada kecemasan-kecemasan yang mengintai. Kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan aku tidak tahu alasanya, yang jelas, sebenarnya aku sudah punya criteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Namun aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai itu. saat khitbah sekalis kutatap wajah Raihana, dan benar kata si Aida, ia memang baby face dan lumayan anggun. Namun garis-garis kecantikan yang kuimpikan tak kutemukan sama sekali. Adikku, ibuku, sanak saudaraku semuanya mengakui Raihana cantik. Bahkan tante Lia, pemilik salon kosmetik terkemuka di Bandung yang seleranya terkenal tinggi dalam masalah kecantikan mengacungkan jempol tatkala menatap foto Raihana. “ cantiknya benar-benar alami. Bisa jadi iklan sabun Lux lho, asli!” komentarnya tanya ragu. Tapi seleraku lain. Entah mengapa. Apakah mungkin karena aku telah begitu hanyut citra gadis-gadis Mesir Titisan Cleopatra yang tinggi semampai? Yang berwajah putih jelita dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas Arab, dan bibir merah halus menawan. Dalam balutan jilbab sutra putih wajah gadis Mesir itu bersinar-sinar, seperti permata Zabarjad yang bersih, indah berkilau tertempa sinar purnama. Sejuk dan mempesona.


Detail Buku:
Judul         : Pudarnya Pesona Cleopatra
Penulis      : Habib
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN         :
 -
Tebal         :
-
Download      : Google Drive


Tidak ada komentar:

Posting Komentar