Sinopsis :
Kenapa sih, susah banget ngerti apa yang dia mau? Dan kenapa gue harus jatuh cinta di saat gue sudah pacaran sama Ruben selama setahun? Dan kenapa, di saat gue merasa stuck dan jenuh sama Ruben, dia malah melarang gue putus?! Seharusnya Zee tau, dia itu dewa buat gue. The missing piece. Pelengkap. Semua yang Ruben punya, dia ada. Berlipat-lipat malah. Apa yang Ruben nggak punya, dia juga ada. Sempurna. Perfect. Masalahnya, gue ini labil. Kalau gue mutusin Ruben dan tahu-tahu Zee nggak mau jadian sama gue, ntar gue jadi jomblo dong? Igh.. enak aja! Gue, jomblo? Hell no, baby!! Nggak perlu bikin di kertas perbandingan pro and cons antara Ruben dan Zee. Nggak perlu nanya ke malaikat siapa yang bakalan menang. Nggak perlu juga nanya ke hati gue sendiri, siapa yang bakalan gue pilih. Ini rimba percintaan.
Survival of the fittest. Dan gue pasti “the fittest”-nya. Mumpung belum nikah, boleh dong gue ngelaba ke mana-mana? Dan Zee emang labaan paling oke. Pertama ketemu Zee, waktu gue jalan sama Ruben. Dan memang, dunia ini selebar g-string gue. Skenario Tuhan emang luar biasa gila. Ruben dan Zee itu teman dekat. Sahabat. Suka jalan berdua. Pesta ulang tahun teman gue jadi nggak penting. Yang penting itu Zee. Ups... kudu jaga sikap, jangan sampai si Ruben tahu. Ntar dia malah bikin scene gak penting di pesta ini. FYI, Ruben itu pencemburu. Ya iyalah, mana mungkin dia rela kalau gue direbut orang lain. Jadi, gue langsung bersikap seanggun Cinderella, mengulurkan tangan dengan gaya putri kerajaan paling cantik, dan ngebayangin Zee adalah pangeran yang bakalan nyelametin gue dengan ciuman mautnya. Sikap berdiri gue pun harus sempurna. Ga boleh kalah sama Tyra Banks. Kalau perlu lebih fierce, tapi tetap anggun. Padahal....Ibarat film kartun, begitu melihat Zee dengan segala karismanya, rahang gue sudah copot dan tergeletak di lantai, lidah gue sudah menjulur ke luar seperti hamparan karpet merah, bola mata gue sudah berubah jadi bentuk hati merah muda
dan loncat zig-zag, Dan jantung gue sudah meloncat-loncat pengin keluar sarangnya. Ha! Kalian ngebayangin adegan Jim Carrey yang mupeng abis pas melihat Cameron Diaz di The
Mask? Sip! Benar. Gue emang suka adegan lebai itu. Cuma di sini kebalik. Gue yang jadi Cameron Diaz-nya. Zee yang jadi Shia LeBouf-nya (Jim Carrey kurang ganteng, Cin!) Dari situ gue berusaha mendapatkan segala info tentang Zee. Ternyata dia punya blog di Multiply! Yup, bener!! Di situs networking ini!! See? Another dunia-selebar-g-string-gue lagi. Dannnn… setelah gue ngintip postingannya, Ow... Mai... Gawdddd... Romantessssssss!! Sumpah gue sampai drooling abisabisan baca puisi dia yang dalam seperti palung di samudra, yang menggunakan kata-kata sederhana tapi langsung nancep di hati gue. Hiks... Zee... kamu kok tahu aja sih kalau aku cinta puisi? Huhuhuhu... Capek, bow!! Tapi it’s all worth it! No regret. At All. Dia akhirnya merespons. Ciuman pertama kami, di depan Bundaran HI. Jam tiga pagi. Tentu aja, tongue included. Kalau nggak pakai lidah, bukan ciuman namanya. Dan gue suka banget sama
napasnya yang selalu minty. Segar. Plus, jangan lupakan sensasinya. Ciuman di Bundaran HI lho! Public space lho... Walaupun kita kudu lihat kanan-kiri-atas-bawah untuk memastikan nggak ada yang melihat dan nggak ada yang ngintip. Ah, dunia milik kami berdua. Ruben dan kalian, ngontrak aja ya? Hihihi…
Detail Buku:
Judul : CERITA SAHABAT
Penulis : Alberthiene Endah
Penulis : Alberthiene Endah
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN :978-979-22-7696-1
Tebal : 366 hlm
ISBN :978-979-22-7696-1
Tebal : 366 hlm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar