Novel Cerita Cinta Enrico full

Novel Cerita Cinta Enrico full

Sinopsis :
Inilah ingatan pertamaku dalam hidup: sebuah pohon maha besar. Aku memandang pohon raksasa itu, teduh dan menjulang di hadapanku, dan satu-satunya yang kurasakan adalah takjub. Tak ada yang lain. Aku berada dalam gendongan dan kami berjalan mengitari batangnya, yang amat sangat lebar, untuk berbelok ke sebuah arah. Setelah itu aku tak ingat lagi. Setelah itu yang ada hanya pengetahuan yang kudapat dari cerita yang sepenggal-sepenggal. Kususun potongan kisah itu seperti ini: Kami berbelok menuju persembunyian berikutnya. Umurku satu tahun. Aku hanya minum air tajin dan, terkadang, susu dari sapi yang kebetulan kami temukan di pedesaan. Tapi aku tumbuh menjadi bayi yang terlalu berat bagi ibuku sehingga Inilah ingatan pertamaku dalam hidup: sebuah pohon maha besar. Aku memandang pohon raksasa itu, teduh dan menjulang di hadapanku, dan satu-satunya yang kurasakan adalah takjub. Tak ada yang lain. Aku berada dalam gendongan dan kami berjalan mengitari batangnya, yang amat sangat lebar, untuk berbelok ke sebuah arah. Setelah itu aku tak ingat lagi. Setelah itu yang ada hanya pengetahuan yang kudapat dari cerita yang sepenggal-sepenggal. Kususun potongan kisah itu seperti ini: Kami berbelok menuju persembunyian berikutnya. Umurku satu tahun. Aku hanya minum air tajin dan, terkadang, susu
dari sapi yang kebetulan kami temukan di pedesaan. Atau mungkin terlalu sedikit. Lebih sedikit dari getah pepaya. Akibatnya, bayi lapar yang dipeluknya di dada itu pun mengenyut dengan campuran marah dan frustasi. Tapi sekeras apapun bayi malang itu mengenyut, lebih sedikit dari getah pepaya yang menitik. Barangkali karena hisapan itu, atau mungkin setelah giginya mulai tumbuh, bayi itu akhirnya menelan seperempat puting payudara ibunya yang tak mengalirkan susu sebanyak yang dituntutnya. Mungkin sejak itu ditambahkanlah menu air tajin, yaitu bilasan pertama beras, bagiku. Juga susu hewan, setiap kali kami mendapati ada penduduk desa yang memelihara sapi.
Aku tak ingat bagaimana aku bisa menelan secuil putting susu ibuku. Dan aku ngeri membayangkan bahwa makanan yang pertama kumakan adalah... (aku tak berani mengucapkannya). Dari seluruh pengembaraan kami sebagai gerilya pemberontakan, satu-satunya ingatan jelas yang kumiliki hanyalah tentang pohon maha besar itu. Pohon raksasa yang harus kami kitari untuk berbelok menuju tempat aman yang baru, sebelum mencari tempat aman berikutnya. Hanya dalam kelanjutan hidupku aku tahu bahwa ibuku kehilangan secuil  putingnya. Sejak usia tujuh tahun sampai menjelang remaja  aku melihatnya setiap kali aku merawatnya manakala ia sakit. Pada masa itu Ibu telah menjadi peternak ayam petelur yang ulung. Ia kerap keletihan karena kerja kerasnya, dan aku selalu membaluri tubuhnya dengan Vicks, dan memandanginya, setiap kali: puting sebelah kiri yang kehilangan secuil bagiannya.
Ketika itulah Ibu, sambil mengenang masa bayiku dengan haru dan kasihan, akan bercerita bagaimana aku dulu begitu kelaparan di tengah hutan...
DAN INILAH ingatan keduaku:  Sebuah dapur yang gelap. Dapur masa lalu yang penuh jelaga. Ada jendela kecil yang terlalu tinggi untuk diraih. Dari situlah cahaya masuk. Ada banyak kuali besar berpantat hi-tam, yang rasanya cukup untuk tempatku masuk dan bersem-bunyi. Kami berjongkok sedih dan ketakutan di sebuah su-dut. Aku dan kakakku perempuan. Tidak ada siapa pun selain kami. Pengetahuan tentang kesendirian itu membuat aku sangat takut. Tiba-tiba seekor ayam hitam menerjang ke dalam dapur. Ia mendarat di hadapan kami, menoleh padaku, memamer-kan paruhnya yang tajam, lalu mengembangkan sayapnya.

Detail Buku:
Judul         : Cerita Cinta Enrico
Penulis      : Ayu Utami
Penerbit     : PT Gramedia,
ISBN         :978-979-91-0413-7
Tebal         : PT Gramedia,
Download      : Google Drive

Tidak ada komentar:

Posting Komentar