sHe by Windhy Puspitadewi

sHe by Windhy Puspitadewi

Dhinar mengambil satu satunya komik conan yang tersisa ketika tiba-tiba seseorang di dekatnya terpekik kecil. "Aaah!" Dhinar menoleh dan dilihatnya cewek yang sepertinya seumuran dengannya tampak panic campur kecewa menatap tumpukan komik di depan mereka. "habis.." desah cewek itu. Cewek itu menoleh kearah Dhinar dan lansung menyadari dhinar memegang komik yang dicarinya. "itu.. Yang terakhir, ya?" tanyanya sambil menatap dhinar penuh harap. "Hah? Eh.. Oh.. Iya.. Sepertinya," jawab dhinar tergagap, tidak menyangka akan ditanya secara tiba2 sperti itu "padahal aku berharap kamu bilang 'tidak'," keluh cewek itu. "tau gasih aku udah muter2 ke sanakemari, dari satu toko buku ke toko buku yang lain, tapi selauu aja kehabisan," kata cewek itu lagi, kali ini berapi-api. "Memangnya si penerbit itu cetak berapa biji sih? Nggak tau deh aku mesti nyari kemana lagi." Dhinar menyerngit, bertanya tanya kmna sebenarnya arah pembicaraan ini. Jangan2 dia mau meminta komik ini dariku. JANGAN HARAP! Seakan akan bisa membaca pikiran dhinar, cewek itu buru2 menambahkan, "eh, aku sama sekali nggal berniat meminta punyamu lho!". Pipi dhinar langsung bersemu. "kamu penyuka komik atau cuma conan aja?". Tanyanya cewek itu kemudian. Dhinar terdiam sejenak, tapi kemudian menjawab, "aku suka smua komik". Entah kenapa, tiba2 cewek itu tersenyum senang. "wah senangnya! Aku ketemu lagi temen sealiran!" "sealiran?" tanya Dhinar heran "iya!" seru cewek itu. "suka komik apa aja? Pilih-pilih gak? Maksudku, cuma komik cewe aja atau komik cowo aja?" Dhinar menggeleng. " Kalo aku suka ya aku baca". "baca Monster juga?"
Dhinar mengangguk. "aku penggemar Naoki urushawa" katanya. " Wah! Sama dong!" seru cewek itu girang. "aku paling suka Monster dibanding semua karyanya". "kalo aku lebih suka Master Keaton" kata Dhinar.  " lebih banyak memberi pengetahuan dan manusiawi. Kadang2 aku smpai lupa itu cuma cerita fiktif, apalagi dengan adanya cuplikan2 sejarah di sanasini. Master keaton jg bagus sih, tapi kalau. Master keaton juga bagus sih, tapi kalau..." mendadak Dhinar tersadar dia telah berbicara terlalu banyak padahal dgn orag yg dikenalnya saja dia belum pernah bicara sebanyak dan seantusia ini. Cewek itu tersenyum sambil menatap Dhinar lekat2. "kenapa menatapku seperti itu?" "aku benar2 senang dapat satu teman saliran lagi" jawabnya. "hah?" "susah loh, cari temen yang sama2 suka komik seumuran kita ini. Soalnya banyak yg menganggap komik hanya buat anak kecil, terus bla.. Bla.. Bla.." selagi cewek itu bicara, Dhinar mendapati dirinya terpesona. Bukan karena apa yang dikatakan cewek itu, tetepi lebih pada bagaimana cewek itu bisa membuatnya ikut antusias dan merasa nyaman untk berbicara, padahal meraka blm saling kenal. Mata cewek itu bersinar-sinar dan terlihat seperti anak kecil yg sedang membicarakan mainan barunya. "Ah!" kata cwek itu sambil menepuk dahinya sendiri. "kalo sudah ngomongin komik aku selalu lupa waktu. Sapu pasti sudah menunnguku!" "sapu?" dhinar mengangkat alis "cowokku," kata cewek itu sambil nyengir "oke, udah dulu ya! Semoga kita bisa ketemu lagi! Bye!" cewek itu melambaikan tangan kearah Dhinar, yang anehnya, dibalas Dhinar walaupun rada2 bengong. Dhinar sendiri heran, tidak biasanya dia merasa senyaman itu diajak bicara oleh orang yg baru saja dia kenal. Semoga bisa bertemu lagi? Kurahap begitu, dhinar berkata dalam hati, lalu tanpa sadar tersenyum sendiri. Rasanya seseuatu dalam cewek itu membuatnya penasaran, seakan-akan hendak menarik keluar seseuatu dalam dirinya. " Lama bener sih?" gerutu sapu yang sudah menunggu di dekat pintu keluar. " Hehehe" Dinar hanya menjawab dengan cengengesan. Dinar tahu sapu tidak benar benar marah. Sapu jarang sekali marah, apalagi kepadanya. "Tadi temanmu?" tanya sapu. "Hah?" "Itu," Sapu menunjuk cewek berkacamata yang masih berkutat di depan tumpukan komik baru dengan dagunya. "Ooh..." Dinar menggeleng. "Bukan, aku baru kenal kok. Aku bahkan nggak tahu namanya." Sapu mengangkat alis. "Hah? Kok kayaknya kalian akrab banget? Kukira itu temenmu yang udah lama nggak ketemu." "Masa sih?" tanya Dinar tak percaya. Sapu mengangguk mantap. Dinar menatap ke arah cewek yang tadi dia ajak ngobrol dengan tatapan menerawang. "begitu, ya? Tapi.... Kalau boleh jujur, itulah yang sebenarnya kurasakan. Aku merasa ada seseuati dalam diri kami yang mirip selahin hobi... Mungkin jiwa Atau... Kehidupan... Ibarat musik, sepertinya kami mempunyai ritme yang sama..." Dinar terdiam sejenak. Kemudian seakan akan tersadar dari lamunan, dia langsung tergagap. "aduh aku ngomong apa sih? Aku kayaknya lagi kesambet deh, sampai ngomong yang aneh - aneh."
sapu hanya tersenyum. "nggak kok," katanya sambil mengelus rambut Dinar. " ayo pulang." Dinar balas tersenyum. " He-eh. "

Detail Buku:
Judul         :She
Penulis      : Windhy Puspitadewi
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN         :
-
Tebal         : -
Download      : Google Drive


Tidak ada komentar:

Posting Komentar